Rindu Merajai

Di bawah alismu hujan berteduh

Di mata merahmu senja berlabuh

Tak bersua bukan berarti diam membisu

Selalu ada aksara untuk kau

yang kuantarkan lewat rindu

Selamat menikmati

Kita rindu jarang terjadi

tetapi sekalinya datang, rasanya merajai

Rindu

/i/

adakah lain yang mendengar? puing-puing sanubari itu berjatuhan

di antara harap yang berderap, seluruhnya berujung sembilu. kalau memang benar, semoga kunjung sembuh oleh sang waktu. semoga, semoga begitu.

/ii/

Langit barat sesaat lagi ‘kan dilalap gelap. Bukan sesaat lagi, tapi memang sudah dilalap gelap karena ada tangisan yang jatuh dari langit.

Hawa dingin sudah merasuk ke dalam tulang. Semakin menambah deras tangisan yang keluar dari langit dan manusia.

Kusesapi rasa sunyi yang menyeruak dari sela-sela lantai papan. Membawa kembali senandung yang muncul akan masa lalu.

Lantunan memori perihal mu masih tertangkap jelas oleh akal. Memainkan nada yang kau ajarkan dahulu dan membuat ku berakhir bahagia.

Kala itu, aku dengan yakinnya mengira bahwa kita akan bersama selama-lamanya – tapi ternyata, aku semakin menyibukkan diri dengan duniaku dan tidak memerdulikan usiamu yang semakin menua.

/iii/

Rindu telah lembur. pada setiap kantung mata – ditabungnya bulir hujan seberapa pekat malam hampir sama warnanya kecoklatan seakan berbicara tentang sebuah cerita.

Ah. tepat hari ini sudah tiga puluh hari aku belum pulang.

pulang kepada pelukan mu. aku rindu.

Sebuah mimpi terus diputar dalam tidur meski film-film kesukaanmu tak pernah terdapat dalam mimpi yang abstrak itu. Sedangkan lagu yang sering kau nyanyikan selalu terdengar di kejauhan. sebab, sepi telah bertamu di rumah.

Tak ada yang tau. Doa pun selalu aku panjatkan. Apalagi nyataku. Dalam benak selalu ingin bertemu.

/iv/

Teringat nasehatmu mengiringi aku tumbuh

Lantas pada siapa kini aku mengadu?

Ayah, bolehkah sekali ini aku menangis

Runtuh dalam kerinduan

Ibu aku rindu

Pada belaianmu

Aku yang terlalu manja

Merengek saat tak dituruti

Aku sering bilang, aku menyayangimu

Tapi tak punya waktu untuk bertemu

Terlalu bersibuk, sampai aku lupa

Kau takkan selamanya ada

/v/

true love is not a strong, fiery, impetuous, passion. it is, on the contrary, an element calm and depp. love looks beond mere externals and gets attracted by qualities alone. it is wise and discriminating, and its devotion is real and abiding. –Ellen G. White-